MAKALAH
TELAAH MATERI
PAI III
(Al-Qur’an
Hadis Kelas 1)
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Telaah Materi PAI III (SMA/SMK/MA)
Dosen Pengampu : ABDURROZAQ ASSOWY, Drs.
Di Susun Oleh :
Kelompok 1
1.
Vivi
Fadhilatul Khasanah : 141310003026
2.
Zahratus
Saidah :1413100030
3.
Fil
Dzatul Saidah :1413100030
4.
Nuur
Muchammad :1413100030
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
SEMESTER IV FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Alamat: Jln. Taman Siswa, No. 09, Pekeng, Tahunan, Jepara, 59427
2016
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Judul
Judul buku yang kami telaah adalah “Buku Siswa
Al-Qur’an Hadis” yang disusun oleh Mukarom Faisal Rosidin, Hj. Siti Mahfudhoh,
dan H. Dudung Basori Alwi. Diterbitkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia,
Jakarta. Buku ini berisi 140 halaman dan terbit di tahun 2014.
Menurut kami,
judul buku tersebut sudah sesuai dengan program untuk dijadikan sebuah judul
buku pada tingkat Madrasah Aliyah, dimana judul tersebut mempunyai maksud agar
siswa Madrasah Aliyah bisa menerapkan pada kehidupan sehari-hari yaitu
mengamalkan Qur’an dan Hadisnya.
B.
Penjelasan Materi Kelas X Semester
I
Bab I : Al-Qur’an
Standar Kompetensi : Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Inti :
-
Menghayati
keautentikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah.
-
Menunjukkan sikap
yang berpegang teguh untuk mengamalkan ajaran Al-Qur’an
-
Memahami pengertian
al-Qur’an menurut para ulama’.
-
Menyajikan pengertian
al-Qur’an yang disampaikan para ulama’.
Tujuan Pembelajran :
-
Untuk dapat
menjelaskan pengertian al-Qur’an menurut para ulama’.
-
Untuk dapat
menjelaskan nama-nama al-Qur’an.
-
Untuk dapat
menunjukkan perilaku orang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an.
A.
Materi pembelajaran
1.
Pengertian Al-Qur’an
Para ulama’ dalam bidang ilmu Al-Qur’an telah
mendefinisikan al-Qur’an menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara
etimologi maupun terminologi. Secara etimologi para ulama berbeda pendapat
dalam mendefinisikan al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pendapat tersebut.
a.
Menurut Al-Lihyany (w. 215 H)
b.
Menurut Al-Asy’ari (w. 324 H)
c.
Menurut Al-Farra’ (w. 207 H)
d.
Menurut Az-Zujaj (w. 331 H)
e.
Menurut Asy-Syafi’i (w. 204 H)
Beberapa pendapat ulama mengenai
definisi Al-Qu’an secara terminologi diantaranya :
a.
Syeikh Muhammad khudari Beik
Al-Qur’an adalah lafadz (firman Allah SWT)
yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, untuk dipahami
isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang ditulis
dalam mushaf, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
An-Nas
b.
Subkhi Salih
c.
Syeikh Muhammad Abduh
2. Nama-nama
Al-Qur’an
Menurut As-Suyuti dalam kitab al-Itqan fi
‘ulum al-Qur’an menyebutkan bahwa al-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam
(Ensiklopedi Islam untuk Pelajar), disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci
al-Qur’an. Namun jika diperhatikan dan dicermati lebih lanjut berdasarkan
ayat-ayat al-Qur’an secara redaksional, maka akan didapatkan beberapa nama
al-Qur’an adalah :
a. Al-Quran (bacaan atau yang dibaca)
b. Al-Kitab (kitab suci Allah)
c. Al-Furqan (pembeda)
d. Az-Zikr (pemberi peringatan)
e. At-Tanzil (yang diturunkan)
3. Perilaku orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an
Sebagai
seseorang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an kita harus memiliki budi pekerti
yang luhur karena Al-Qur’an berisikan tuntunan yang berkaitan dengan akhlak,
yaitu ajaran agar orang muslim memiliki budi pekerti yang aik serta etika
kehidupan.
Sebagai
seorang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an kita harus melaksanakan ibadah
karena Al-Qur’an berisikan tuntunan yang berkaitan dengan ibadah yakni sholat,
puasa, zakat dan haji.
B.
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan penugasan
C. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang Al- Qur’an.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
D.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
E.
Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
F.
Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi
hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
Bab II : Keotentikan
Al-Qur’an
Kompetensi Dasar:
-
Meyakini Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup.
-
Menunjukkan perilaku
cermat terhadap dalil syar’i sebagai implementasi dari belajar tentang bukti
keotentikan al-Qur’an.
-
Memahami bukti
keotentikan Al-Qur’an
-
Menunjukkan contoh
bukti-bukti keontetikan Al-Qur’an
Tujuan pembelajaran :
-
Murid dapat
menjelaskan bukti-bukti keotentikan al-Qur’an.
-
Murid dapat
membuktikan keotentikan al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya,
kemukjizatannya dan sejarahnya.
-
Murid dapat
menunjukkan contoh keotentikan al-Qur’an.
A.
Materi Pembelajaran
1.
Al-Qur’an Merupakan Mu’jizat
Secara
etimologi kata Mu’jizat berbentuk (isim fa’il) yang berasal dari kata :
اَعْجَزَ – يُعْجِزُ – اِعْجَازً – مُعْجِزٌ / مُعْجِزَةٌ
Yang berarti melemahkan atau mengalahkan
lawan.
Secara
terminologi, Manna’ Al-Qathan mendefinisikan Mu’jizat sebagai berikut :
mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan
selamat dari perlawanan.
Mu’jizat hanya
diberikan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam menyampaikan
risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau tidak
mengakui kerasulan mereka. Me’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para
Nabi dan Rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah SWT.
Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu
melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui
atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.
2.
Syarat-syarat Mu’jizat
Suatu kejadian
atau peristiwa dikatakan sebagai Mu’jizat apabila memenuhi syarat-syarat
berikut :
a.
Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak
sanggup dilakukan oleh siapapun selain Allah SWT.
b.
Mu’jizat adalah sesuatu yang
menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan
hukum alam.
c.
Mu’jizat harus berupa hal yang
dijadikan saksi oleh sseorang yang mengaku membawa Risalah Ilahi sebagai bukti
atas kebenaran pengakuannya.
3.
Macam-macam Mu’jizat
a.
Mu’jizat Hissi ialah
mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh
hidung, diraba oleh tangan dan atau dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai
dan ditangkap oleh pancaindra. Mu’jizat Hissi ini dibatasi oleh ruang dan
waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan di masa tertentu.
b.
Mu’jizat Ma’nawi ialah
mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indera, tetapi
harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Berbeda
dengan mu’jizat Hissi, mu’jizat Ma’nawi bersifat universal dan eternal (abadi),
yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman.
4.
Pengertian I’jazul Qur’an
I’jazul Qur’an
adalah menetapkan kelemahan manusia dan jin baik secara individual maupun
kolektif untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an. Mu’jizat Al-Qur’an bertujuan
untuk menumbuhkan kesadaran pada manusia bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT
dan sekaligus merupakan bukti kerasulan Muhammad SAW.
5.
Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
I’jaz
al-Qur’an sesngguhnya terdapat dalam dirinya sendiri. Tegasnya kemu’jizatan
al-Qur’an ada dalam kandungannya, bukan diluarnya. Jadi, kitab suci ini tidak
membutuhkan keterangan lain di luar dirinya untuk membuktikan bahwa ia adalah
Mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW.
Secara garis
besar ada dua aspek kemu’jizatan al-Qur’an yaitu : pertama, aspek gaya
bahasa dan uslubnya yang sangat indah dan menakjubkan, sangat berbeda dengan
gaya bahasa dan uslub bahasa Arab, dan kedua, aspek isi kandungannya
yang tidak mungkin dibuat oleh manusia, diantaranya : berita tentang hal-hal
ghaib baik berkenaan dengan peristiwa yang telah lampau maupun yang akan
terjadi baik di dunia maupun di akhirat. I’jazul ilmi yaitu kemu’jizatan
al-Qur’an berkenaan dengan isyarat ilmu pengetahuan yang ternyata sesuai dengan
ilmu pengetahuan modern, dan penetapan hukum yang berlaku universal, bukan saja
untuk umat islam tetapi juga seluruh umat manusia.
6.
Keotentikan Al-Qur’an
Allah SWT
menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurnian dan
keotentikan kitab suci Al-Qur’an. Hal ini dapat dijelaskan dalam QS. Al-Hijr
ayat 9 :
إِنَّانَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
“sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti
kami (pula) yang memeliharanya” (QS al-Hijr : 9)
Sejak
diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan keotentikan al-Qur’an akan
senantiasa terjaga. Hal ini disebabkan karena kemu’jizatan yang terkandung di
dalam Al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa dan uslubnya maupun dari
aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun manusia yang dapat
meniru.
B.
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode cerama, diskusi dan penugasan
C. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang keotentikan al-qur’an.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
D.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
E.
Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
F.
Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar
melalui tes tertulis dan tes verbal.
Bab III : Tujuan dan Fungsi Al-Qur’an
Kompetensi Dasar :
-
Memfungsikan Al-Quran
secara tepat dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
-
Menujukkan perilaku
yang mengamalkan ajaran Al-Quran
-
Memahami tujuan dan
fungsi Al-Quran
-
Menceritakan kisah
orang yang menjadikan Al-Quran sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
Tujuan Pembelajaran :
-
Murid dapat
menjelaskan tujuan dan fungsi al-Qur’an.
-
Murid dapat
menunjukkan perilaku orang yang memfungsikan al-Qur’an.
-
Murid dapat
menerapkan fungsi al-Qur’an.
A.
Materi Pembelajaran
1.
Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an
merupakan sumber pokok bagi ajaran islam. Al-Qur’an juga merupakan sumber hukum
yang utama dan pertama dalam islam. Sebagai sumber pokok ajaran islam,
al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang lengkap dan sempurna yang meliputi seluruh
aspek yang dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, terutama umat islam.
Sebagian
ulama’ menafsirkan lafaz حَبْلُ اللهِ dengan Al-Qur’an. Dengan demikian ayat
tersebut mengisyaratkan agar manusia khususnya umat islam untuk senantiasa
berpegang teguh kepada Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam.
Dalam QS. An-Nisa’ ayat 59, Allah
SWT juga menegaskan :
“Wahai
orang-orang yang beriman ! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad SAW),
dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS. An-Nisa’ : 59
2.
Tujuan dan Fungsi Al-Qur’an
a.
Al-Qur’an sebagai Petunjuk bagi
Manusia
Al-Qur’an telah diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril a.s.
sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an tersebut,
manusia akan mempunyai arah dan tujuan hidup yang jelas dalam menjalani hidup
dan kehidupannya.
Adapun ayat yang lebih khusus
menegaskan bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia yang
bertakwa
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ
“kitab
(al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya ; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.” QS. Al-Baqarah : 2
QS. Fussilat :
44
b.
Al-Qur’an sebagai Sumber Pokok
Ajaran Islam
Dalam sebuah ayat, Allah SWT
menegaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan membawa kebenaran hakiki yang
berfungsi sebagai dasar penetapan hukum yang harus dipegang teguh oleh Nabi
Muhammad SAW, tidak boleh sedikitpun menyimpang dari Al-Qur’an. Dan tentunya
hal ini juga harus dipegang teguh oleh umat islam. Sebagaimana dijelaskan dalam
QS. An-Nisa’ ayat 105 :
“Sungguh, kami telah menurunkan
kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad SAW) membawa kebenaran, agar engkau
mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah SWT kepadamu dan
janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang yang berkhianat”. QS. An-Nisa’ : 105
c.
Al-Qur’an sebagai Peringatan dan
Pelajaran bagi Manusia
Al-Qur’an merupakan kitab suci
dengan konsep ajaran yang salah satu ajarannya adalah berupa sejarah atau kisah
umat terdahulu. Dalam kisah-kisah itu dijelaskan bahwa ada di antara umat
manusia sebagian orang-orang yang beriman, taat dan sholeh, namun ada pula
sebagian yang lain orang-orang yang kafir, maksiat. Kepada mereka yang sholeh,
Allah SWT menjanjikan kebaikan di dunia dan pahala (surga) di akhirat karena
ridha-Nya, sebaliknya kepada mereka yang kafir, durhaka dan tidak shalih, Allah
SWT mengancam dengan ancaman hukuman dan adzab baik di dunia maupun di akhirat.
Berikut ayat-ayat yang menjelaskan
hal tersebut : QS. Al-An’am ayat 92 dan QS. Al-A’raf ayat 2.
B. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang tujuan dan fungsi Al-Qur’an.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup.
C.
Waktu Pembelajaran
Waktu
pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50
menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
D.
Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
E.
Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode
diskusi dan penugasan.
F.
Media Pembelajaran
Media yang digunakan untuk
menunjang pembelajaran adalah papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB IV
: Pokok-Pokok Isi Al-Qur’an
Kompetensi
Dasar :
-
Meyakini kebenaran
nilai-nilai yang terdapat pada pokok-pokok isi Al-Quran.
-
Menunjukkan perilaku
yang menjadikan Al-Quran sebagai sumber hukum dalam kehidupan sehari-hari.
-
Memahami pokok-pokok
isi Al-Quran.
-
Memaparkan
pokok-pokok ajaran Al-Quran beserta contoh-contohnya dalam ayat.
Tujuan Pembelajaran :
-
Peserta didik dapat mengidentifikasi
pokok-pokok isi al-Qur’an.
-
Peserta didik dapat
menunjukkan ayat terkait dengan pokok isi al-Qur’an.
-
Peserta didik dapat
menjelaskan kandungan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an.
A.
Materi Pembelajaran
1.
Pokok-pokok isi Kandungan Al-Qur’an
Meyakini
kebenaran nilai-nilai yang terdapat pada poko-pokok isi Al-Qur’an. Isi kandungan Al-Q ur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan
menjadi beberapa bidang. Secara garis besar isi kandungan dalam al-qur’an
adalah:
a.
Akidah
Akidah adalah sebagai suatu
kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan
dan dimanifestasikan atau dalam bentuk amal perbuatan.
Inti polok ajaran akidah adalah
masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah maha Esa. Setiap muslim wajib
meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah
Swt dan meyakini adanya tuhan slain Allah bererti ia kafir. Al-Qur’an banyak
menjelaskan tentang pokok-pokok akidah yang terkandung didalam Q.S
al-ikhlas:1-4.
b.
Ibadah dan Muamalah
Ibadah adalah menyembah atau
mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt, dengan tunduk taat dan patuh kepada-Nya.
c.
Akhlak
Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul sepontan dalam tingkah laku
hidup sehari-hari. Dalam konsep bahasa indonesia, akhlak semakna dengan etika
atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran islam, sehingga
Rasulullah saw menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau
adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
رَسُـولُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَـلَّمَ أِنَّمَا بُعِثْتُ لأِتَـمِّمَ
صـَالِحَ الأَخْلأَقِ (رواه احمد)
Artinya:”dari
Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. Bersabda:” bahwasannya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik”.”(H.R Ahmad)
d.
Hukum
Hukum sebagai
salah satu isi poko ajaran al-qur’an berisi kaidah-kaidah dan
ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh dari umat manusia. Tujuannya adalah
untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil,
aman, tentram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun
diakhirat kelak.
e.
Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu
Al-Qur’an
sebagai kitab suci bagi umat islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau
kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya
sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah
(pelajaran) bagi umat islam. Ibrah tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk
untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan
keridlaan Allah Swt.
f.
Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan
(Sains) dan Teknologi.
Al-Qur’an
adalah kitab suci ilmiah, banyak ayat yang memberikan isyarat-isyarat ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat
dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2.
Perilaku Orang Yang Menjadikan
Al-Qur’an Sebagai Pedoman Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Orang yang
menjadikan al-qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya selalu mempelajari
al-qur’an. Dengan mempelajari al-qur’an seseorang akan terlepas dari kebodohan
dan kesesatan dalam mengarungi kehidupan ini, dan hati akan lembut dan
terhindar dari penyakit-penyakit hati atau ruhani. Dada akan senantiasa lapang
dan luas dalam menerima petunjuk-petunjuk dan titah-titah ketuhanan. Akal
pikiran menjadi cerdas dan terbebas dari kesesatan berpikir picik dan dangkal.
Perilaku akan terhindar dari gerak jiwa yang dapat mendatangkan petaka dan
kerugian bagi diri, orang lain maupun lingkungannya. Seluruh aktivitas diri
akan terarah dan menuju kebenaran. Rasulullah saw bersabda: “sebaik-baik
manusia adalah siapa yang belajar al-qur’an dan mengajarkannya kepada orang
lain”.(H.R Bukhari dari Usman ibn ‘Affan Ra.)
B.
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan penugasan
C. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang pokok-pokok
isi al-qur’an.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
D.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
E.
Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
F.
Media Pembelajaran
Media
yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB V : Manusia Sebagai Hamba Allah Dan
Khalifah Dibumi
Kompetensi
Dasar :
-
Beramal sesuai dengan kandungan
surat al-Mu’minin [23]: 12-14; al_Nahl [16] : 78; al-Baqarah [2] : 30-32; dan
az-Zariyat [51] : 56 (dalam kehidupan sehari-hari).
-
Memiliki sikap yang mencerminkan
fungsi manusia baik sebagai hamba Allah SWT maupun khalifah-Nya di bumi
sebagaimana yang terkandung dalam kandungan surat al-Mu’minin [23]: 12-14;
al_Nahl [16] : 78; al-Baqarah [2] : 30-32; dan az-Zariyat [51] : 56.
-
Memahami ayat-ayat al-Qur’an
tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan khalifah di bumi pada
surat al-Mu’minin [23]: 12-14; al_Nahl [16] : 78; al-Baqarah [2] : 30-32; dan
az-Zariyat [51] : 56.
-
Mendemonstrasikan hafalan dan arti
per kata ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah
SWT dan khalifah di bumi pada surat al-Mu’minin [23]: 12-14; al_Nahl [16] : 78;
al-Baqarah [2] : 30-32; dan az-Zariyat [51] : 56.
Tujuan
Pembelajaran :
-
Murid dapat membaca surat al-Mu’minin
[23]: 12-14; al_Nahl [16] : 78; al-Baqarah [2] : 30-32; dan az-Zariyat [51] :
56.
-
Murid dapat menerjemahkan surat
al-Mu’minin [23]: 12-14; al_Nahl [16] : 78; al-Baqarah [2] : 30-32; dan
az-Zariyat [51] : 56.
-
Murid dapat menjelaskan surat
al-Mu’minin [23]: 12-14; al_Nahl [16] : 78; al-Baqarah [2] : 30-32; dan
az-Zariyat [51] : 56.
A.
Materi Pembelajaran
1.
Memahami Al-Qur’an
a.
Q.S al-mu’minun ayat 12-14
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.
Penjelasan ayat: Proses penciptaan
manusi berasal dari saripati tanah lalu air mani dalam rahim, segumpal darah,
segumpal daging, tulang-belulang yang dibungkus dengan daging.
b.
Q.S al-nahl ayat: 78
Artinya: “dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Penjelasan ayat: Manusia lahir
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, kemudian Allah Swt menganugerahi
pendengaran, penglihatan, hati.
c.
Q.S al-baqarah ayat: 30-32
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan dia mengajarkan kepada Adam
Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!". Mereka menjawab: "Maha
suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
Penjlasan ayat: Manusia ditugasi
sebagai khalifah dimuka bumi karena keleihan manusia jika dibandingkan makhluk
lain termasuk malaikat kelebihan allah swt
kelengkapan unsur penciptaan manusia, yaitu jasad fisik, ruh termasuk
didalamnya nafsu, dan yang terpenting kelebihan akal pikiran.
d.
Q.S al-Zariyah ayat: 56
Artinya:”Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Penjelasan ayat: Menjelaskan bahwa
tujuan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah
kepada-Nya.
2.
Perilaku Hamba Allah dan Khalifah
dibumi
Sikap dan
perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
a.
Q.S al-Mu’minun ayat 12-14
Selalu sadar
diri bahwa kita diciptakan dari sesuatu
yang hina. Senantiasa mengakui kemahakuasaan Allah yang telah menjadikan kita
dari sesuatu yang hina. Senatiasa bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan
kiat sebaik-baik bentuk.
b.
Q.S al-Nahl ayat 78
Senantiasa
mengakui kebenaran dan bersyukur kepada Allah, yang telah menganugerahi kita
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
c.
Q.S al-Baqarah ayat 30-32
Senantiasa
mendiskusikan segala sesuatu dengan yang lain sebelum diputuskan untuk
melakukannya. Dan menerima dengan lapang dada kelebihan yang lain atas dirinya.
d.
Q.S az-Zariyat ayat 56
Selalu
beribadah hanya kepada Allah. Dan mensyukuri segala nikat yang Allah berikan
kepada kita.
B.
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan penugasan, dan
hafalan ayat Al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
C. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang manusi sebagai
hamba Allah dan khalifah di bumi.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
D.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
E.
Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
F.
Media Pembelajaran
Media
yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
C.
Penjelasan Materi Kelas X Semester
II
BAB I : Memahami Hadis, Sunah,
Khabar Dan Atsar
Standar Kompetensi
-
Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
-
Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
-
Memahami, menerapkan
, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
-
Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
- Memahami
pengertian hadis, sunnah, khabar, dan asar.
- Mendeskripsikan
substansi perbedaan dan persamaan pengertian hadis, sunnah, khabar, dan asar.
Tujuan Pembelajaran :
- Peserta
didik dapat menjelaskan pengertian hadis, sunnah, khabar, dan asar.
- Peserta
didik dapat membedakan hadis, sunnah, khabar, dan asar.
- Peserta
didik dapat mengidentifikasi persamaan hadis, sunnah, khabar, dan
asar.
A. Materi
Pembelajaran
1.
Pengertian Hadis
Secara etimologi, hadis
mempunyai beberapa arti yang baru (جديد) yang dekat (قريب) dan warta atau berita(خبر ) sedangkan hadis secara terminologi adalah: أقوال
صلى الله عليه وسلم وأفعاله وأحواله
Artinya:“segala
ucapan Nabi Saw, segala perbuatan serta keadaan atau perilaku beliau”.
2. Pengertian
Sunnah
Menurut bahasa kata sunnah merupakan
derivasi dari kata sanna – yasunnu–sunnatan. Kata itu berarti cara,
jalan yang ditempuh, tradisi (adatkebiasaan), atau ketetapan, apakah hal itu
baik atau tidak, terpuji atau tercela. Menurut ahli hadis, sunnah adalah:
كل
ما أثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول وفعل وتقرير أو صفة خلقية أو سيرة سواء
أكان ذلك قبل البعثة أم بعداها
Artinya:“Segala
yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidupnya, baik sebelum beliau
diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.”
3. Pengertian
Khabar
Khabar menurut bahasa
berarti: warta/berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang. Adapun
pengertian khabar menurut istilah ahli hadis yaitu :
مَا
أُضِيْفَ إلى الني صلى الله عليه وسلم أَوْغَيْرِهِ
Artinya:“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi
Saw, atau dari yang selain Nabi Saw.”
4. Pengertian
Asar
Menurut
bahasa, asar artinya bekasan sesuatu atau sisa sesuatu. Asar berarti
pula nukilan (yang dinukilkan). Karena itu doa yang dinukilkan atau berasal
dari Nabi Saw, dinamakan doa ma’fur. Adapun pengertian Atsar menurut
istilah, kebanyakan ulama berpendapat bahwa afar mempunyai pengertian
yang sama dengan khabar dan hadis.
5. Persamaan
Persamaan Hadis, Sunnah, Khabar, Asar
Menurut
sebagian ulama, antara ke empat istilah ini adalah muradif atau mempunyai
pengertian yang sama. Alasannya adalah:
مَا
أُضِيْفُ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم مِنْ قَوْلٍ أوْ فِعْلٍ أَتَقْرِيْرٍ
Artinya
:“ Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.
6. Perbedaan
Hadis, Sunnah, Khabar, dan Asar
Menurut
sebagian ulama, sunnah lebih luas dari hadis. Sunnah adalah segala yang
dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan hidup,
baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi dan rasul. Titik berat sunnah
adalah kebiasaan normatif Nabi Muhammad Saw. Khabar selain dinisbahkan
kepada Nabi Muhammad Saw, dapat juga dinisbahkan kepada sahabat dan tabiin. Khabar
lebih umum dari hadis, karena masuk didalamnya semua riwayat yang bukan
dari Nabi Muhammad Saw. Asar lebih sering digunakan untuk sebutan bagi
perkataan sahabat Nabi Muhammad Saw, meskipun kadang-kadang dinisbahkan kepada
beliau.
B. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang memahami
hadis, sunah, khabar dan atsar.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
C. Waktu
Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
D. Refrensi
Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
E. Metode dan Pendekatan
Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah
ceramah dan metode penugasan.
F. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB II : Memahami Unsur-Unsur Hadis
Kompetensi Dasar :
- Memahami unsur-unsur hadis.
- Menyajikan unsur-unsur hadis.
Tujuan Pembelajaran
- Peserta didik dapat menjelaskan pengertian sanad, matan dan
rawi dengan benar.
- Peserta didik dapat menerapkan pengertian sanad, matan dan
rawi dalam hadis dengan benar.
1.
Materi
Pembelajaran
1.
Sanad
Dari segi
bahasa, sanad artinya yang menjadi
sandaran, tempat bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau
dipercaya. Dalam istilah ilmu hadis sanad ialah rangkaian urutan
orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadis atau
sunnah sampai pada Nabi Saw. Sanad menurut istilah ahli hadis yaitu:
أَالطَّرِيْقُ
المُوْصِلُ إِلَى المَتْنِ
Artinya:
“Jalan yang menyampaikan
kepada matan hadis.”
2.
Matan
Dari segi bahasa, matan
berarti punggung jalan,Tanah gersang atau tandus, membelah,
mengeluarkan, mengikat. Matan menurut
istilah Ilmu Hadis yaitu:
مَانْتَهَى إِلَيْهِ السَّنَدُ مِنَالكَلاَمِ فَهُوَ نَفْسُ
الْحَدِيْثِ الَّذِي ذُكِرَ الأِسْنَادُ لَهُ
Artinya:
“Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi Saw,
yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.”
3.
Rawi
Rawi yaitu orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada
orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis. Rawi pertama
adalah para sahabat dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya,
seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad dan lain-lain.
B. Strategi
Pembelajaran
1. Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
C.
Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
D.
Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru
adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
E.
Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan berupa metode
ceramah dan metode tanya jawab.
F.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang tepat
digunakan adalah berupa slide show.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB III : Macam-macam Sunnah Nabi SAW
Kompetensi Dasar :
-
Mengidentifikasikan
macam-macam sunnah ( Qauliyah, Fi’liyah, Taqririyah dan Hammiyah) dan fungsinya
terhadap Al-Qur’an.
-
Mempresentasikan
contoh macam-macam sunnah (Qauliyah, fi’liyah, Taqririyah, dan Hammmiyah).
Tujuan Pembelajaran
-
Murid
dapat menjelaskan macam-macam sunnah dan fungsinya terhadap Al-Qur’an.
-
Murid
dapat mngidentifikasi macam-macam sunnah.
-
Murid
dapat menunjukkan contoh macam-macam sunnah.
A.
Materi
Pembelajaran
1.
Kedudukan
Hadis sebagai sumber hukum islam
Al-Qur’an dan Hadis merupakan dua sumber hukum pokok syari’at
islam yang tetap, dan orang islam tidak akan mungkin bisa memahami syari’at
islam secara mendalam dan lengkap tanpa kembali pada kedua sumber islam
tersebut.seorang mujtahid dan seorang ulama’pun tidak diperbolehkan hanya
mencukupkan diri dengan mengambil salah satu dari keduanya. Firman Allah untuk
mempercayai Hadis sebagai sumber Hukum:
Artinya:“Aku
tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi
kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Rassul-Nya
(HR. Malik.)
2.
Fungsi Hadis terhadap
Al-Qur’an
a)
Bayan At-Taqrir
Bayan
At-Taqrir disebut juga bayan al-ta’kid dan bayan al-itsbat yang dimaksut bayan
ini adalah memperkuat dan mengokohkan apa yang telah diterangkan dalam
Al-Qur’an.
b)
Bayan Al-Tafrsir
Yang dimaksud bayan
al-tafsir adalah kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan penjelasan, rincian
dan tafsiran, terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global,
memberikan persyaratan atau batasan ayat-ayat yang bersifat umum dan
mengkhususkan ayat masih bersifat umum.
c)
Bayan At-Tasyri’
Yang dimaksud bayan
At-Tasyri’ adalah memunculkan hukum-hukum yang tidak didapati dalam Al-Qur’an
atau dalam Al-Qur’an terdapat pokok-pokoknya saja.
B. Strategi
Pembelajaran
4.
Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang macam-macam
sunnah nabi.Kegiatan Inti
5.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup
C.
Waktu Pembelajaran
Waktu
pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50
menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
D.
Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang
digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
E.
Metode Pembelajaran
Metode yang
digunakan berupa metode ceramah dan metode tanya jawab.
F.
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran yang tepat digunakan adalah berupa slide show.
G. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi
hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB
IV : Pembagian Hadis Dari Segi Kwantitas Dan Kwalitasnya
Kompetensi Dasar :
- Meyakini hadis shahih dan hasan sebagai dasar
hukum ajaran Islam
- Berpegang teguh pada hadis shahih dan hasan sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
- Menghayati nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam hadis
yang shahih.
- Menunjukkan sikap kritis dalam mengamalkan hadis sebagai dasar
dalam kehidupan sehari-hari
- Menunjukkan perilaku yang menggunakan hadis sebagaimana
fungsinya yang telah dipelajari
- Menunjukkan perilaku yang selektif terhadap keanekaragaman hadis
- Memahami pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya
- Mempresentasikan pembagian hadis dari segi kuantitas dan
kualitasnya.
Tujuan Pembelajaran:
- Peserta didik dapat menjelaskan pembagian hadis dari segi
kuantitas rawi dengan benar.
- Peserta didik dapat menjelaskan pembagian hadis dari segi
kualitas sanad dengan benar.
- Peserta didik dapat mengklasifikasikan pembagian hadis dengan
benar.
A.
Materi
Pembelajaran
1. Hadist Ditinjau dari Segi Kwantitas
a. Hadis Mutawatir
Kata Mutawatir secara etimologi berarti Muttabi’ (متبع) atauمتتبع yang artinya yang datang beturut-turut dan
tidak ada jarak. Sedangkan secara terminologi hadis mutawatir adalah
الحديث المتواتر هو الحديث عن محسوس الذي رواه عدد جم في العادة
حالة اجتماعهم
وتواطئهم على الكذب
“Hadis mutawatir adalah hadis yang
merupakan tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi,
yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.”
b.
Hadis Ahad
Hadis ahad dibagi
menjadi tiga macam, yaitu hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis garib.
1. Hadis Masyhur adalah
ما رواه الثلاثة فأ كثر ولم يصل درجة التواتر
“Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun belum
mencapaiderajat mutawatir.”
2. Hadis Aziz adalah:
ما رواه اثنان ولو كان فى طبقة واحدة ثم رواه بعد ذلك جماعة
“Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu habaqah
(tingkatan). Kemudian pada habaqah selanjutnya banyak rawi yang
meriwayatkannya.”
3. Hadis Gharib Secara etimologi kata gharib dari gharaba
- yaghribu yang artinya menyendiri, asing, atau terpisah. Sedangkan secara
terminologi hadis gharib adalah:
ماانفرد بروايته شحص فى اي موضع وقع التفرد به من السند
“Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi, di manapun tempat
sanad itu terjadi.”
H. Hadis Gharib Mutlak (fardun) adalah hadis yang ke-ghariban-nya
terletak pada asal sanad. Maksudnya, hadis pada saat disampaikan oleh
Rasul Saw, hanya diterima oleh satu orang sahabat.
I.
Hadis Gharib
yaitu apabila keghariban terjadi pada pertengahan sanadnya,
bukan pada asal sanadnya. Maksudnya satu hadis yang diriwayatkan oleh
lebih dari satu orang rawi pada asal sanadnya, kemudian dari
semua rawi itu hadis ini diriwayatkan oleh satu orang rawi saja
yang mengambil dari para rawi tersebut.
2. Hadis Ditinjau dari Segi Kualitas
a. Hadis Sahih menurut Ibnu Shalah adalah:
أما الحديث الصحيح فهو الحديث المسند الذي
يتصل إسناده بنقل العدل الضابط إلى منتهاه
ولا
يكون شاذا ولا معللا
Hadis sahih adalah hadis musnad (hadis
yang mempunyai sanad) yang bersambung sanadnya, dan dinukil oleh seorang yang
adil dan dabit dari orang yang adil dan iabih, hingga akhir sanadnya, tanpa ada
kejanggalan dan cacat.
syarat-syarat sebagai berikut:
-
Hadisnya musnad. Maksudnya yaitu hadis tersebut
disandarkan kepada Nabi Saw, dengan disertai sanad.
-
Sanadnya bersambung. Artinya, antara rawi dari sanad
hadis tersebut pernah bertemu langsung dengan gurunya.
-
Seluruh rawinya adil dan iabih. Maksud rawi
yang adil yaitu rawi yang bertakwa dan menjaga kehormatan dirinya, serta
dapat menjauhi perbuatan buruk dan dosa besar seperti syirik, fasik, dan
bid’ah.
Hadis sahih diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu sahih li katihi dan sahih li gairihi.
1. Sahih li jatihi yaitu Hadis yang
memenuhi syarat-syarat hadis sahih, seperti rawi harus adil, rawi kuat
ingatannya (iabih), sanadnya tidak putus, matannya tidak mempunyai
cacat, dan tidak ada kejanggalan.
2. Sahih li Gairihi Artinya yang sahih
karena yang lainnya, yakni menjadi sahih karena dikuatkan oleh sanad atau
keterangan lain. Hukum memakai hadis sahih adalah wajib, sebagaimana
kesepakatan para ahli hadis dan para fuqaha. Argumennya adalah hadis
sahih adalah salah satu sumber hukum syariat, sehingga tidak ada alasan untuk
mengingkarinya.
b. Hadis Hasan
Kata
hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu,
yang artinya kecantikan dan keinahan. Adapun tentang definisi hadis hasan,
ada perbedaan pendapat di kalangan para muhadditsin.
Pendapat Abu Isa at-Tirmizi tentang hadis hasan:
أن لا يكون فى إسناده من يتهم بالكذب ولا
يكون حديثا شذا ويروي من غير وجه نحو ذلك
Hadis yang dalam sanadnya tidak terdapat
orang yang tertuduh bohong, hadisnya tidak janggal, serta diriwayatkan tidak
hanya dalam satu jalur rawian.
Hukum memakai hadis hasan sama
dengan hadis sahih, walaupun dari sisi kekuatannya hadis hasan berada
di bawah level hadis sahih. Demikian menurut ahli fikih (fuqaha’)
dan mayoritas ahli hadis juga memakai hadis hasan sebagai hujjah,
seperti al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah. Namun, pengelompokan
hadis hasan ke dalam hadis sahih itu disertai pendapat bahwa hadis hasan
tersebut di bawah kualitas hadis sahih.
c. Hadis daif adalah:
ما لم يجمع صفات القبول بفقد شرط من شروطه
“Hadis yang tidak memenuhi syarat
diterimanya suatu hadis dikarenakan hilangnya salah satu syarat dari beberapa
syarat yang ada.”
B.
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan
adalah metode hafalan, diskusi serta metode tanya jawab.
C.
Strategi Pembelajaran
1.
Pendahuluan
· Menyampaikan
salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan
kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang pembagan hadis
dari segi kualitas dan kuantitasnya.
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
· Guru
menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan
tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam
penutup
D.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu
pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50
menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
E.
Refrensi
Refrensi yang
digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
F.
Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB V : Ayat-Ayat
Al-Qur’an Tentang
Keikhlasan Dalam Beribadah
Kompetensi Dasar
- Memiliki
sikap ikhlas dalam beribadah sebagai implemantasi dari pemahaman ayat-ayat
al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada Surat al-An’aam:
162-163; Surat al-Bayyinah: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
- Memahami
ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada QS al-An’aam [6]:
162-163; QS al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah
ra.
- Mendemonstrasikan
hafalan dan arti per kata ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam
beribadah pada Surat al-An’aam [6]: 162-163; Surat al-Bayyinah [98]:
5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
- Mendemonstrasikan
hafalan dan arti per kata ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam
beribadah pada Surat al-An’aam [6]: 162-163; Surat Al-Bayyinah
[98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
Tujuan
Pembelajaran
- Peserta
didik dapat membaca QS. al-An’aam [6]: 162-163; QS. al-Bayyinah [98]:
5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah Ra. Tentang keikhlasan dalam
beribadah dengan baik dan benar.
- Peserta
didik dapat menyebutkan makna mufradat QS. al-An’aam [6]: 162-163; QS. al-Bayyinah
[98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra. tentang keikhlasan dalam
beribadah dengan benar.
- Peserta
didik dapat menjelaskan kandungan QS. al-An’aam [6]: 162-163; QS. al-Bayyinah
[98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah Ra. tentang keikhlasan dalam
beribadah dengan benar.
- Peserta
didik dapat menunjukkan perilaku ikhlas dalam beribadah
A. Materi pembelajaran
1. QS. al-an’am [6] ayat 162-163
ö@è% ¨bÎ) ÎAx|¹
Å5Ý¡èSur y$uøtxCur
ÎA$yJtBur
¬!
Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ
w y7ΰ
¼çms9 (
y7Ï9ºxÎ/ur ßNöÏBé& O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$#
ÇÊÏÌÈ
Artinya:
“Katakanlah
(Muhammad), «Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan seluruh alam tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demi kianlah yang
diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (QS. al-An’am [6]: 162 – 163)
Penjelasan
Ayat Secara
garis besar kandungan QS. al-An’am [6] ayat 162-163 dapat disimpulkan:
1.
Perintah Allah pada
umat-Nya untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya, dan matinya
hanyalah semata mata untuk Allah.
2.
Allah Swt., adalah
Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya.
3.
Perintah Allah pada
umat manusia untuk ikhlas dalam berkeyakinan, beribadah, beramal,
dan menjadi orang pertama dalam kaumnya yang berserah diri kepada-Nya.
4. Senantiasa
beramal shaleh dan menjauhkan segala larangan larangan Allah, agar selamat di dunia
dan akhirat.
2. QS. Al-Bayinah
[98] ayat 5
!$tBur (#ÿrâÉDé& wÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsur ß`Ï ÏpyJÍhs)ø9$# ÇÎÈ
Artinya:
“Padahal
mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
(QS. al-Bayyinah [98]: 5)
Adapun
kandungan surat Al Bayyinah [98] ayat 5 adalah sebagai berikut:
1.
Perintah untuk beribadah kepada Allah Swt.,
dan menaati ajaran Allah dengan lurus (tidak bercampur dengan riya’, bid’ah maupun
syirik).Seseorang yang melaksanakan ibadah, tetapi masih mempercayai adanya
kekuatan selain Allah, seperti mempercayai dukun atau benda-benda yang dianggap
keramat maka orang tersebut dikatakan musyrik.
2.
Sebagai seorang muslim, wajib hukumnya untuk
mendirikan shalat lima
waktu dalam sehari semalam, shalat ini sangat besar artinya, karena merupakan
tiang agama, dan ibadah yang pertama dihisab di akhirat.
3.
Perintah untuk
menunaikan zakat. Oleh karena itu, dalam setiap harta ada hak Allah
yang harus dikeluarkan untuk orang yang berhak menerimanya. Zakat
berfungsi untuk menyucikan harta dan menumbuh kembangkannya.
Dari
segi bentuknya, ibadah dibedakan menjadi 5, yaitu:
1.
Ibadah qauliyah (ucapan),
seperti membaca al-Qur’an, berdo’a dan berkikir.
2.
Ibadah jismiyah (fisik), seperti
berpuasa dan menolong orang.
3.
Ibadah mwliyah (melibatkan
harta), seperti memberi zakat, infaq, sedekah.
4.
Ibadah qauliyah wa jismiyah (ucapan dan
perbuatan), seperti shalat.
5.
Ibadah qauliyah,
jismiyah, dan mwliyah (bacaan, perbuatan dan harta), seperti haji.
Ditinjau
dari cakupannya, ibadah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Ibadah ‘ammah (umum),
yaitu segala perbuatan yang dilakukan semata-mata karena Allah Swt., untuk
mendapatkan ridha-Nya seperti, menolong orang, mencari nafkah, menyerukan
kebaikan, serta mencegah kejahatan. Ibadah seperti ini disebut juga dengan ibadah ghairu
mahiah.
2.
Ibadah khassah (khusus),
yaitu ibadah yang telah ditetapkan oleh nash tentang kaifyah (tata
cara) pelaksanaanya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah seperti ini
disebut juga dengan ibadah mahiah.
Dengan
demikian, segala bentuk ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah, baik itu
shalat, puasa, atau zakat, haruslah disertai kerelaan dan keikhlasan hanya
kepada Allah. Dengan keikhlasan dalam beribadah, menjadikan manusia selalu
ingat pada Allah dan menjalankan segala perintahNya dalam kehidupan
sehari hari.
3. Hadis
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أنَّ نبي صلى الله عليه وسلم كَا نَ يَقُومُ مِنَ
اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةَ لِمَ تَصْنَعُ
هَذَا
يَا رَسُولُ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ قَالَ أفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أاَكُونَ عَبْدًا شَكُرًا
(رواهه
البخاري)
Artinya:
“Dari Aisyah ra. bahwa Nabi Saw,
melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau
bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Engkau melakukan ini
padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang?
Beliau bersabda: “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yangbersyukur?”
Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau
hendak ruku’ maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu
ruku.”
Hadis tersebut
menjelaskan betapa Rasul Saw, yang tidak memiliki kesalahan dan dosa karena
beliau ma’sum, masih senantiasa melaksanakan ibadah shalat malam bahkan sampai
bengkak-bengkak kakinya. Beliau adalah teladan kita, insan
ciptaan Allah yang paling mulia. Dasar beliau melaksanakan ibadah yang
sedemikian itu, bukanlah mengharap pujian, beliau melaksanakan dengan dasar
ikhlas hanya untuk mencari keridaan Allah Swt., semata, dan sebagai ekspresi
rasa syukur kepada Allah Swt.
Menurut
Manazilus-Sa’irin, ikhlas itu ada tiga derajat, yaitu :
1.
Tidak melihat amal
sebagai amal, tidak mencari imbalan dari amal dan tidak puas
terhadap amal.
2.
Malu terhadap amal
sambil tetap berusaha. Artinya merasa amalnya itu belum layak
dilakukan karena Allah, tetapi amal itu tetap diupayakan.
3.
Memurnikan amal,
maksudnya adalah melakukan amal berdasarkan ilmu agama.
Rasul
telah meneladani kita yang sedemikian indah, karenanya kita sudah selayaknya untuk
meniru yang dilakukan Rasul Saw. Rasul yang telah diampuni dosa yang telah lalu
maupun yang akan datang saja beribadah sedemikian ikhlas, kita yang tidak ada
jaminan ampunan dosa seharusnya melebihi atau paling tidak menirunya.
B.
Metode
Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah serta metode
hafalan.
C. Strategi
Pembelajaran
1.
Pendahuluan
·
Menyampaikan salam pembuka yang
ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari
ini.
·
Menggali
pengetahuan awal kemampuan siswa tentang ayat-ayat
al-qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah
2.
Kegiatan Inti
3.
Penutup
·
Guru menyimpulkan kembali poin-poin
pelajaran yang dibahas.
·
Memberikan tugas latihan soal agar
siswa lebih menguasai.
·
Memberi salam penutup.
D.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit
Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan
15 menit untuk penutup.
E.
Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku
paket dan buku yang berkaitan.
F.
Media Pembelajaran
Media yang digunakan
adalah slide dan papan tulis.
G.
Evaluasi
Hasil Belajar
Evalusi
hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
FULL MATERI
DOWNLOAD PULL
nice makalah .. mampir ksini gan untuk makalah lainnya https://chacinggingsolz.blogspot.co.id/ ditunggu kunjungannya
BalasHapus